06 Maret 2012

TERLALU

“TERLALU”

Oleh : Riswan

Judul tulisan diatas bukanlah judul lagu raja dangdut Indonesia H.Roma Irama, ini hanya catatan penulis akan peristiwa yang terjadi di bulan pertama Januari 2012 dari gedung DPR Senayan, tempat dimana wakil rakyat bekerja, sekarang mereka jadi perbincangan masyarakat ramai, bukan karena pengabdiannya dalam memperjuangkan nasib rakyat sebagai tugas mereka, melainkan sepak terjang mereka yang telah mencederai hati nurani rakyat, egois, sementara di beberapa wilayah negeri ini sedang menderita busung lapar, sengketa tanah, banjir, dll.

Bayangkan saja mereka memiliki ruangan rapat dengan anggaran lebih kurang 20 M, lengkap dengan perabotan kursi ekspor dari Jerman, pengharum ruangan, renopasi toilet 2 M, kalender 1,3 M, nutrisi obat kuat daya tahan tubuh 824,4 juta, dll, sungguh keterlaluan,,,keterlaluan !!!. lebih ironisnya semua itu tidak di ketahui pimpinan DPR, setelah menjadi polemik dimasyarakat, mereka saling lempar tanggung jawab dengan berbagai alasan, itukan tanggung jawab rumah tangga (sekretaris) DPR !, mana mungkin tidak diketahui ketua DPR !, dll, kita sebagai konstituen tentu lebih tidak tahu lagi, tidak bisa dibayangkan bagaimana mekanisme kontrol yang harus mereka lakukan tidak berfungsi sama sekali, ibaratkan pepatah “Gajah dipelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat”.

Tindakan ini benar-benar sudah keterlaluan, untuk konsumsi obat vitamin saja bagi dirinya sendiri, masih dibebankan ke rakyat, mungkin saja konverter kit gas untuk mobil mereka akan dibebankan juga ke rakyat, apa gaya hidup hedonisme benar-benar telah melekat pada mereka, sehingga selalu merasa kurang dan tidak pernah puas.

Masyarakat Indonesia mungkin tidak asing dengan tiga huruf ini MCK, (mandi, cuci, kakus / toilet ), sebuah program yang dicanangkan pemerintah untuk kebersihan lingkungan masyarakat, program ini diharapkan membawa efek terhadap kesehatan masyarakat, sayang program ini hanya sebatas slogan tanpak pernah terealisasi secara merata, apalagi untuk di evaluasi, apakah semua wilayah sudah tersentuh dengan program ini, bayangkan jika dana untuk toilet 2 M tersebut di alokasikan untuk pembuatan MCK, tentu masyarakat sangat terbantu untuk mendapat lingkungan yang bersih, terhindar dari berbagai penyakit, siapa tahu pada saat anggota DPR melakukan kunjungan kerja dapat memanfaatkan keberadaan MCK ini.

Banjir yang terjadi di bebarapa daerah, menjadikan keberadaan MCK pada tempat pengungsian menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan sekali, disamping kebutuhan pangan dan sandang, sehingga para pengungsi tetap terjaga kebersihannya, terhindar dari berbagai penyakit menular, kelihatan sederhana namum inilah harus menjadi perhatian anggota dewan dalam membuat kebijakan, mendahului kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadi dan golongan.

Para wakil rakyat kita seakan-akan kehilangan rasa empati terhadap kondisi negeri ini, mereka aus akan materi dan lupa akan komitmen awal, mengapa dan untuk apa mereka masuk ke jabatan legislatif, harus mereka pertanyaankan kembali, apakah hanya sekedar mencari status sosial di masyarakat atau bagian dari ibadah dalam beragama. Komitmen ini harus diluruskan kembali jika ingin mencalonkan diri untuk pemilu 2014.

Hampir setiap hari pemberitaan peyimpangan pengelolaan negeri ini disugukan ke rakyat, melalui berbagai media informasi, televisi, koran, seakan-akan tidak pernah berakhir, hilang satu tumbuh seribu, berbagai cara telah dilakukan untuk menghindari korupsi, namum ibarat sebuah cerita, ada saja episode yang baru, ini menunjukan penggunaan anggaran oleh DPR tidak memiliki skala perioritas, dan terprogram, cenderung mencari masalah yang seharusnya bukan masalah, bahkan menjadi paradok, disatu sisi pemerintah menekan pengeluaran negara, dengan mencabut beberapa subsidi, mencintai produk dalam negeri namum disisi lain terjadi pemborosan, seperti apa yang dilakukan DPR diatas, ini menunjukan tidak ada komitmen yang kuat bagi para pejabat untuk membangun negeri ini, pengikraran sebuah slogan hanya untuk kepetingan sesuatu, tanpa pernah diujudkan.

Jika melihat anggaran untuk memperbaiki sarana dan prasaran DPR dengan ketersedian anggaran untuk kepentingan umum, sungguh sangat menyedihkan kita semua, lihat bagaimana jembatan yang dilalui anak-anak kita kesekolahnya di kabupaten Lebak provinsi Banten, dan beberapa daerah lainnya yang rusak parah, mereka mempertaruhkan nyawanya sebagai perisai untuk membangunkan mata hati anggota dewan dan para pejabat yang tertidur, agar bergerak cepat menyelesaikan persoalan ini, jangan hanya diam.

Sudah menjadi kebiasaan populis dinegeri ini, jika persoalan tersebut telah menimbulkan korban, baru semuanya sibuk bersimpati, melakukan serangan pajar, biar terlambat daripada tidak sama sekali menjadi kata-kata sakti untuk diaplikasikan, ada pamrih, ada maunya, proyek hambalat, wisma atlet Pelembang salah satu bukti, bagaimana proyek tersebut dijadikan mesin ATM.

Lagi-lagi rakyat di ebohkan dengan berita pembelian pesawat terbang ke presidenan dengan harga 500 milyar dari USA, pesawat yang super eksklusif dengan berbagai fasilitas, bisa diterbangkan sampai 10 jam, dengan jumlah penumpang lebih kurang 70, pembelian ini juga kita anggap sikap keterlaluan pemerintah yang mengabaikan kemampuan teknologi dirgantara dalam pembuatan pesawat terbang, sebagaimana yang pernah diproduksi IPTN dengan pesawat CN235, pemerintah tidak konsistem dengan apa yang didengungkan, tentang pemanfaatkan produk dalam negeri sendiri, karya anak bangsa, lebih mencintai produk dalam negeri sendiri, slogan tersebut hanya konsumsi publik bagi pemimpin negeri ini, tanpa pernah direalisasi dalam kebijakan yang dibuat.

Rakyat negeri ini bisa membayangkan jika anggaran yang besar tersebut dialokasikan dengan tepat seperti merehab sekolah, rumah sakit, dll tentu akan berdamfak segnifikan untuk rakyat negeri ini, hati ini menangis melihat tanyangan televisi yang memperlihatkan bagaimana sebuah sekolah dasar yang muridnya belajar hanya dilantai tanpa bangku, atap ruang sekolah yang bocor kena hujan, rakyat miskin yang tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya kartu jamkes untuk berobat dengan tidak mendapatkan kamar di rumah sakit pemerintah, dll.

Kondisi tersebut sangat jauh dari apa yang terjadi pada para pejabat, mereka dengan mudahnya membuat kebijakan mengatasnamakan negara, membangun proyek-proyek mercusuar dengan biaya yang cukup besar, ternyata kebijakan tersebut menyimpan berbagai persoalan yang merugikan masyarakat negeri dan menguntungkan bagi dirinya dalam bentuk fee proyek, sebuah inovasi baru dalam melakukan korupsi yang semangkin hari semangkin subur, menyebatkan negeri ini hancur lebur sejalan dengan perjalan usianya.

Kebijakan-kebijakan yang kurang berpihak ke rakyat tersebut, sepertinnya modis-modis baru korupsi para pemegang amanah negeri ini, seakan-akan itu legal, sehingga mereka berbaramai-ramai melakukannya, disadari atau tidak mereka telah membawa negeri ini terombang ambing dalam ketidak pastian arah yang akan dicapai.

Para pemegang amanah negeri ini sudah kehilangan rasa malu untuk tidak melakukan penyimpangan dari jabatan yang diebannya, padahal rasa malu tersebut kompas moral bagi negeri ini untuk maju, legitimasi bagi rakyat untuk bekerja sama dan mendukung pemegang amanah untuk mengurus negeri ini, keterlaluan rasanya jika kecurangan tersebut berlalu begitu saja, kecurangan tersebut harus dipertanggung jawabkan.

Jerman sebagai negara besar, pemimpinnya telah memberikan pelajaran yang berharga kepada pemegang amanah negeri dalam mengambil keputusan yang arif dalam hal penyimpangan yang melakukan ddalam mengurus negerinya, Christian Wuff sebagai presiden Jerman telah mengundurkan diri dari jabatannya, karena parlemen menuduhnya melakukan penyuapan dan berbohong, tuduhan ini tentu akan mempengaruhinya dalam membangun negerinya, dan secara moral mengambil langkah yang terbaik mengundurkan diri, hal ini juga dilakukan pendahulunya presiden Horst Kochler.

Bagaimana dengan para pemegang amanah negeri ini, apakah mau melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pemegang amanah Jerman tersebut, jika terindikasi melakukan penyimpangan terhadap pekerjaannya, mari kita tunggu tindakannya.