31 Mei 2008

opini

GEMPA SEBUAH RENUNGAN MENJELANG RAMADAN


Oleh : Ir. Riswan, MMSI


Memasuki ramadan 1428 H, bertepatan 12 September 2007 lebih kurang Jam 18.05 WIB, bersamaan dengan waktu magrib untuk wilayah Sumatera dan sekitarnya, kita bangsa Indonesia dikejutkan dengan peristiwa alam yakni gempa bumi dengan kekuatan 7,9 Skala Richter (SR) yang berpotensi terjadinya tsunami berpusat di Provinsi Bengkulu, juga dirasakan oleh warga Jambi, Sumatera Barat, dan beberapa wilayah di Jawa, bahkan juga dirasakan oleh Mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Phelipina sampai wilayah India.

Gempa bumi ini penulis rasakan, disaat penulis sedang menunaikan sholat magrib berjamaah bersama warga RT 18 dan 17 di Mesjid Jamiatul Ulung Cadas, Telanaipura Jambi. Sholat yang penulis rasakan kali ini berbeda daripada sholat hari-hari biasanya, dimana badan penulis bergoyang-goyang, dan kepala terasa pusing, hal ini menimbulkan pertanyaan dihati penulis, ada apa gerangan dengan kesehatan penulis, sehingga mengalami sedikit tidak keseimbangan, ini menimbulkan tidak kekhusukan penulis dalam menunaikan sholat kepada-Mu Ya Allah. Pada akhirnya Engkau beri jawaban atas pertanyaan ini, dimana penulis merasa lamanya durasi ketidak seimbangan tubuh yang dirasakan cukup lama, Engkau juga menunjukan apa yang penulis alami juga terjadi pada jama’ah yang berada dikiri-kanan penulis, kondisi ini membuat penulis penyimpulkan, ini bukan masalah dengan kesehatan penulis, tetapi ini telah terjadi gempa.

Jawaban yang Engkau berikan atas pertanyaan ini, membuat hati penulis merinding ingat akan dosa-dosa yang dilakukan, ingat anak perempuan penulis yang ikut juga ke mesjid bersama, ingat akan keluarga di rumah, hal ini membuat penulis sadar dan menyerahkan sepenuhnya jiwa dan raga hanya kepada-Mu Ya Allah. Bila Engkau mau memanggil hamba Mu ini dengan kondisi gemba bumi ini dan hamba berada di rumahmu (mesjid) hamba pasra dan ikhlas, begitu juga kelihatannya pada imam sholat dan jamaah lain tidak satupun yang menghentikan sholatnya, untuk menyelamatkan diri keluar dari mesjid, bila dilihat dari letak mesjid pada lokasi yang cadas rawan longsor, sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara kami yang berada di rumah, semuanya berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Akhir dari sholat terdengarlah suara berisik dari jamaah ibu-ibu, mereka sibuk menceritakan apa yang baru mereka alami, meskipun imam sedang melakukan penutupan doa sholat pardu, seakan-akan mereka tidak memperdulikannya, mereka terhanyut dengan kondisi yang baru mereka alami, dikarena mereka berada disap belakang, melihat langsung lampu gantung mesjid yang berada didepannya bergoyang-goyang dan pintu mesjid juga ikut mengeluarkan suara gaduh, hal inilah mungkin yang membuat mereka melakukan itu semua, wajar itu naluri wanita, yang tidak bisa menahan apa yang ia rasakan, ia ingin cepat-cepat mengutarakan apa yang baru ia alami, hal ini sesuatu yang sudah alami dan lumrah bagi ibu-ibu. Alhamdullilah kami ucapkan kepada Allah SWT atas pertolongan-Nya terhadap kami yang berada di mesjid saat itu, apa yang di kwatirkan dihati pada saat sholat tidak terjadi hal suatu apapun. Terima kasih Ya Allah.

Setelah ibu-ibu menceritakan apa yang mereka alami, sekarang giliran bapak yang buka suara, ada yang mengatakan mungkin jantungnya kumat, pusing, tensi darahnya tinggi, dll. Semuanya baru menyadari bahwa apa yang mereka alami juga dialami oleh semua jamaah magrib saat itu. Dan kami baru sadar itu adalah gempa bumi.

Semua kita bertanya sekembalinya dari mesjid, dimana kiranya pusat gempa yang terjadi, begitu terasanya gempa bumi tersebut di Jambi, hal ini memunculkan spekulasi daerah yang menjadi sumber dari gempa bumi tersebut, termasuk daerah Kerinci ada dipikiran kami, karena disana terdapat gunung kerinci, yang merupakan gunung berapi yang tertinggi di Sumatera yang keberadaannya masih aktif sampai sekarang yang rawan akan meletus, selain daerah lain seperti Padang, Aceh, Bengkulu, Nias.

Daerah ini menurut pakar Gempa Bumi, merupakan jalur pertemuan dua lempeng yang menimbulkan gempa bumi dan tsunami, selagi dua lempeng ini masih belum menemukan titik keseimbangannya, maka gempa akan terus terjadi sepanjang jalur ini. Kekwatiran akan Kerinci ternyata terbukti dengan gempa susulan sekitar jam 06.49 WIB, menurut hasil laporan yang dilaporkan oleh stasiun televisi metro TV, ada sekitar 14 rumah hancur, kemudian diikuti Sumatera Barat lebih kurang jam 07.00 WIB dengan kekuatan 7,7 Skala Richter (SR), mengakibatkan hancurnya showroom mobil Sutan Kasim serta menewaskan satu orang manajer yakni saudara Maryadi merangkap Direksi. Penulis juga melakukan telepon kepada saudara yang tinggal di Padang, mereka semua berada di luar rumah, takut untuk berada dirumah, karena kemungkinan adanya gempa susulan terjadi.

Ada apa sebenarnya dengan negeri ini, begitu banyaknya musibah yang datang silih berganti, apakah yang disinyalir oleh Ebiet G Ade dalam syairnya mungkin benar adanya, “Mungkin Tuhan Mulai bosan, melihat tingkah kita, yang selalu berbuat dosa, atau mungkin alam mulai engan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada diri sendiri”. Maaf mas Ebiet saya merubah baitnya tidak bertanya kepada rumput yang bergoyang sebagaimana yang mas tulis, karena lahan rumputpun sekarang sudah berubah menjadi tempat hiburan dan mol. Lebih tepat hal ini kita tanyakan kepada diri kita pribadi, baik sebagai induvidu maupun sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagai pejabat, pekerja, pelajar, mahasiswa, petani, pedagang, pengusaha, politisi, penegak hukum dan propesi-propesi lainnya yang kita lakoni. Apa yang terjadi ini ada hubungan sebab akibatnya dari apa yang kita perbuat terhadap alam ini, itu semua tidak akan ditimpakan oleh Tuhan bila kita tidak berbuat salah, dan kesalahan ini rasanya tidak bisa ditolerir lagi, sehingga harus diberikan sesuatu peringatan berupa cobaan, sehingga kita berubah.

Bayangkan saja tingkat korupsi yang terjadi di negeri ini, bahkan hasil survei stasiun Metro TV terhadap salah satu Bupati Garut yang memperkaya dirinya dengan uang kurupsi yang seharusnya dialokasi untuk konsumsi para tamu, disunat untuk beli villa, rumah, mobil, dll. Sementara prasana pasar yang dijanjikan untuk para pedagang tidak kunjung selesai. Dan pada akhir masyarakat sendiri secara beramai-ramai membuktikan bahwa apa yang dilakukan sang pejabat sudah diluar batas kewajaran dan ini harus segera dihentikan, dugaan masyarakat benar, setelah tim KPK turun kelapangan untuk melakukan kroscek terhadap tindakan nekat masyarakat tersebut, semua kepemilikan yang disinyalir milik bupati, serat dengan dana korupsi. Masyarakat sebenarnya tidak ingin menghakimi persoalan ini sendiri, mungkin ini salah satu kekesalan terhadap penegak kehadilan yang tidak merespon persoalan tersebut dan ketidak berdayaan peradilan kita dalam menuntaskan ini.

Bentuk lain dari kesemerahutan kita berbangsa dan bernegara, juga ditunjukan oleh mahasiswa di kendari yang melakukan tawuran antar program studi menjelang ramadan tahun ini, yang mengakibatkan hancurnya fasilitas kedua jurusan. Notabene selaku insan akademisi, seharusnya ini tidak perlu terjadi bila pihak akademis cepat tanggap, semua persoalan bisa diselesaikan dengan musyawarah dan mupakat, dan tidak perlu adu otot untuk menyelesaikannya. Persoalan-persoalan lain juga muncul di tingkat politisi kita satu sama lain tidak mau kalah, semua hanya mementingkan kelompoknya masing-masing, cobalah sekali-kali memikirkan persoalan yang muncul ini dengan komprehensif, tidak salah menyalahkan satu dengan lainnya, bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik bagi bangsa yang besar ini. Apa kita belum sadar atas peringatan yang diberikan oleh Tuhan pada peristiwa tsunami di Aceh, yang begitu banyak menelan korban, baik jiwa dan harta yang meluluhlantahkan provinsi Aceh. Atau memang peristiwa tersebut kita anggap peristiwa alam biasa yang hanya akan terjadi beratus tahun yang akan datang, sehingga kita mengabaikan semua hal-hal yang dilarang-Nya, ibarat kita makan sambal pedas (sambal lado), pedas tapi tetap dimakan, dan kita tidak jera menikmati keserakahan terhadap negeri ini untuk kepentingan pribadi sendiri,dan kelompok.

Menjelang rukum islam (puasa) kita jalani untuk ramadhan 1428 H tahun ini, Allah memperingati kita kembali dengan gempa bumi, Bengkulu, Jambi (kerinci) Padang, dan wilayah Indonesia pada umumnya, untuk merenungkan kembali apa-apa yang kita perbuat selama ini, sehingga bulan ramadan tahun ini, benar-benar dijadikan untuk melakukan intropeksi terhadap pribadi masing-masing terhadap apa saja yang kita lakukan dalam mengujudkan rasa terima kasih terhadap apa yang telah diberikan-Nya kepada kita semua. Apakah rasa syukur terhadap apa yang Ia berikan telah kita ujudkan dengan keiklasan atau tidak, hal ini perlu kita pertanyakan kembali kepada diri kita masing-masing.

Gempa bumi yang baru saja kita alami, mari kita jadikan renungan bersama di bulan puasa yang penuh rahmat, mapiroh ini. Kita sama-sama menjadikan sebagai peringatan dari Sang Pencipta kepada kita semua yang masih sayang kepada kita, bagaimana dengan anjuran pemerintah untuk tidak memberi kepada kaum gepeng, yang berada di lampu-lampu merah, mol, dan umumnya berada dijalan-jalan yang di Perdakan tersebut, dapat kita salurkan kepada badan amil zakat ditempat kita berada, kita mengharapkan badan ini sebagai alternatif guna penyalur dana-dana untuk kaum miskin untuk kelanjutan kehidupan yang lebih baik dan bermatabat, atau dapat diberikan langsung kepada tetangga kita yang membutuhkan uluran tangan kita dalam meringankan beban yang mereka alami, apalagi dibulan puasa keberadaan kaum miskin ini bertambah dari pada bulan-bulan biasanya. Dan kita juga berharap infak, zakat yang kita berikan melalui badan amil zakat ini dapat juga disalurkan kepada saudara kita yang mengalami musibah gempa, dan jangan ada dalam pikiran untuk mamanipulasi dana yang diberikan kepada mereka, memang untuk udah merupakan hak mereka yang harus mereka terima.

Jangan terlalu larut dalam suasana kesedihan terhadap musibah yang menimpa bangsa kita Indonesia, karena dibalik kesulitan yang kita alami ini ada kemudahan, mudah-mudahan bangsa Indonesia meraihnya kemudahan tersebut, tentu untuk mendapatkannya tidak semudah membalikan telapak tangan, ada perubahan-perubahan yang seknifikan dan berarti yang harus dilakukan dalam perilaku kita sehari-hari, baik sebagai pejabat, masyarakat, pelajar dan semua komponen bangsa yang menyadari kekeliruan yang dilakukan selama ini, harus segera ditinggalkan sama sekali. Untuk melakukan itu semua harus melalui suatu proses (tempa). Bulan ramadan 1428 H ini dapat jadikan sebagai momentum untuk memulai perubahan tersebut dan menuju peradaban berbangsa dan bernegara yang lebih baik, sehingga nantinya setelah ramadan perubahan ini berbekas dan tetap berkelanjutan dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara serta beragama.

Bila ada kesulitan minta tolonglah kepada Allah SWT, sebagaimana yang digambarkan oleh Allah SWT, saat Fir’aun meminta tolong kepada Nabi Musa, “Wahai Musa, dia meminta tolong kepadamu tujuh puluh kali, dan kamu tidak menolongnya. Demi kemulian dan keagungan-Ku, andaikata dia meminta tolong kepada-Ku satu kali saja, niscaya dia mendapatkan-Ku dekat dan mengabulkan permintaannya”.


Dosen STMIK Nurdin Hamzah Jambi
Email : ris_wone@yahoo.com

2 komentar:

riski.ok mengatakan...

pak ini saya salah satu mahasiswa bapak,mahasiswa smstr 2 jurusan S.I pada kelas E...wah pak ternyata bapak ada bakat juga untuk membuat tulisan,,kasih tau dunk pak cara2 mengembangkan daya hayal kita supaya dapat juga membuat sebuah tulisan...

dan saya ada usul juga pak buat MID atau tugas2 kuliah kita buat secara Oline saja pak...ya supaya semua mahasiswa jg dpt mengenal dgn dunia Internet,kan jurusan kita menuju ke jaringan juga pak,,ya takutnya ntar gmn kl msalkan mahasiswa gk bs main internet padahal mereka kuliah dijaringan..kan apa kata dunia...hehehe..

tks,.

HAMZAH_STMIK mengatakan...

karena SIM sangat dibutuhkan oleh sebuah organisasi dan lembaga